Shutdown Words

zulfa falah
2 min readApr 7, 2024

7 April 2024, sebelum waktu subuh dan setelah turun dari bus, di pinggir jalan, nunggu jemputan bapak. Sambil ngeliat pengamen yang berlarian berpindah dari satu bus ke bus yang lainnya yang menepi untuk menurunkan penumpangnya dari perantauan. Ada sesuatu yang cukup berisik dan sepertinya perlu saya tulis.

Pernah denger atau dapet kata-kata kaya gini tidak

“ngapain sih belajar itu, kan ngga ada duitnya”

“ngapain sih kamu jualan di kantor, emang ngga cukup gajinya”

“gitu aja ngga ngerti”

“jokes gitu aja ketawa”

Dan masih banyak lagi. Terkadang juga kita nya sendiri yang ngelakuin itu ke orang lain, ya mungkin secara tidak sadar dan bahkan tidak mau mengakuinya. Memang enak jadi orang paling bener, memang menyenangkan jadi orang paling pinter, tapi mau sampai kapan. Bukannya botol juga bisa bocor dan akhirnya kosong juga?

Dan kenapa ya mereka atau kita sendiri berkata seperti itu, seperti menarik untuk back to the line, seperti melarang untuk keluar dari ruangan satu menuju keruangan selanjutnya. Seperti sedang mematahkan ranting yang sedang tumbuh, padahal kita sendiri juga ngga tau apa sebenarnya yang sedang orang itu perjuangkan. Kalau ngga nurut dianggap aneh ngga biasa.

Yang bikin ngga nyamannya lagi, kata-kata itu suka bikin perasaan tidak aman, malu, atau bahkan takut. Saya ngebayangin betapa banyak sesuatu yang harusnya terjadi tetapi jadi batal, gara-gara kata-kata shutdown word ini.

Mungkin setiap orang punya shutwodn word nya masing-masing, dan saya rasa ini ada kaitannya dengan pengalaman, lingkungan dan moment-moment yang terjadi di dalam hidup. Shutdown word juga sering sekali ditemui di dunia IT khusus nya kalangan developer. Ahh tidak, saya lebih suka menyebutnya Programmer. Saya sering kali denger kata-kata seperti

“ngapain belajar bahasa atau framework itu, emang industri lagi butuh in”

“ngapain belajar php, kan bahasanya udah mau mati”

“ngapain pake Vim, sok keras lu”’

Dan masih banyak lagi, kenapa ya seperti segala sesuatu yang dilakukan itu harus selalu ada benefit, harus ada impact nya. Kenapa kalau belajar sesuatu yaudah belajar aja. kenapa kalau baca, yaudah baca aja gitu. Kenapa kalau sedang ngulik, ya ngulik aja gitu, kenapa harus menuntut langsung keliatan hasilnya, ada kalanya orang sedang memperjuangakan sesuatu dengan caranya sendiri.

Tidak semua orang yang cerita masalahnya itu minta opini dari kita atau bahkan juga tidak meminta saran atau solusi dari kita, tak semua harus diucapkan bukan. Memang kita jadi manusia suka terlalu berisik, bener apa kata Dere,

Oh, manusia berisik
Punya hati, tapi tak hati-hati
Beralaskan logika, sering merasa benar
Bicaralah secukupnya

Tak semua harus terucap
Aku manusia berisik
Kutulis lagu ini bukan karena aku merasa paling benar
Tapi karena kurasa kadang ku juga lupa tuk bicara secukupnya”

Ehh bapak udah dateng, artinya sudah selesai tulisan ini, tapi kalau dapat sesuatu yang baru akan saya lanjutkan kapan-kapan.

--

--